27
Mar

small thumb

Kunjungi Situs Berumur Ratusan Tahun dan Belajar Kerajina Khas Desa Karang Bayan

Jika kalian adalah penggemar wisata sejarah dan budaya, akan sangat sulit untuk melewati salah satu desa di Lombok Barat yang masih kental dengan nilai sejarah dan budaya orang terdahulu. Desa Karang Bayan, desa yang terletak di Kecamatan Lingsar dan merupakan salah satu dari 60 Desa Wisata yang ada di Lombok Barat.

Seperti namanya, Desa Karang Bayan konon masih berkaitan dengan Daerah Bayan yang ada di Kabupaten Lombok Utara (KLU). Menurut sejarahnya sebelum menjadi pemukiman, Desa Karang Bayan dulunya merupakan hutan, sampai dengan datangnya utusan dari Kedatuan Bayan (masa kepemimpinan, red) dan memilih dan membangun kawasan ini menjadi pemukiman, jadi secara kultur dan sosial masyarakat Desa Karang Bayan mirip dengan Bayan yang ada di KLU.

Di desa ini berdiri sebuah masjid peninggalan dari Kedatuan Bayan yang dibangun sekitar 350 tahun lalu yang sampai saat ini biasanya disebut Masjid Kuno Karang Bayan. Masjid ini dulunya merupakan tempat dimana kegiatan keagamaan dipusatkan. Walaupun sampai saat ini masih difungsikan, namun pemanfaatannya sudah berbeda dengan terdahulu.

Kini, situs ini lebih dimanfaatkan sebagai sarana dan tempat pembelajaran hingga menjadi destinasi wisata yang sampai saat ini masih kerap dikunjungi wisatawan maupun peziarah.

Tidak hanya bangunan masjid, di sampingnya juga terdapat pawon (dapur) dan di sebelah timur lagi terdapat rumah adat kuno juga,. Pawon dan rumah adat ini dulunya merupakan tempat mempersiapan segala kebutuhan kegiatan atau ritual keagamaan masyarakat Desa Karang Bayan.

Satu hal lagi yang menarik lagi di desa ini adalah kerajinan ketak. Sejumlah masyarakat karang bayan sampai saat ini masih bergelut di bidang kerajinan anyaman, khususnya dari bahan tanaman ketak. Tanaman Ketak sendiri merupakan tanaman keluarga paku-pakuan yang biasanya menjalar pada tanaman induk. Mempunyai tekstur mirip dengan rotan namun lebih elastis sehingga lebih mudah untuk dibentuk saat diolah menjadi sebuah kria.

Menilik sejarahnya, kerajinan ini bermula karena tanaman ketak dianggap sebagai rumput liar yang merusak tanaman lainnya. Biasanya menjulur ke pohon yang lain. Selain itu dianggap juga tidak sehat.

Rumput ketak juga acap disebut tidak berharga. Tapi, tentu itu dulu. Kini justru rumput ini sangat berharga. Karena menjadi bahan utama kerajinan anyaman.  Dari rumput ketak, terlahir aneka kerajinan bernilai tinggi seperti tas, berbagai peralatan rumah tangga seperti alas piring, alas gelas, maupun tempat aksesoris. Layaknya emas, kini rumput ketak banyak dicari sebagai bahan utama kerajinan anyaman.

Sekarang masih banyak pengrajin hingga artshop kerajinan ketak yang bisa dijumpai di Karang Bayan. Jadi jika hendak pulang setelah mengunjungi situs-situs bersejarah, kalian bisa membeli kerajinan ketak asli Desa Karang Bayan ini sebagai oleh-oleh.