27
Sep

small thumb

Pagelaran Seni dan Pameran Ekraf Ramaikan Road To Festival Pesona Senggigi 2021

Selain Festival Kuliner di Tanjung Bias dan Pameran Ekonomi Kreatif di Holiday Resort Lombok, rangkaian Raod To Festival Pesona Senggigi juga akan menampilkan pagelaran seni.

Di The Jayakarta Lombok Beach Resort and Spa akan menampilkan Tari Gandrung dan Cepung, serta musik kolaborasi. Selanjutnya ada pagelaran Wayang Kulit Jawa di Aruna Senggigi Resort & Convention, Wayang Kulit Sasak di Kila Senggigi Beach Lombok. Kegiatan akan digelar serentak pada 2 Oktober 2021 mendatang, mulai pukul 20.00 – 22.00 Wita.

Wayang Kulit Jawa nantinya akan dimainkan oleh Dalang Ki Eko Budyanto dari Sanggar Ngestilaras dengan lakon Dewi Sri Mulih. Pimpinan sanggar, Soedarsono mengaku sangat gembira dan sudah tidak sabar menunggu hari pelaksanaan. Baginya ini merupakan kesempatan dan kehormatan bagi Sanggar Ngestilaras dalam mengenalkan serta melestarikan warisan budaya nusantara.

“Saya sangat senang sekali bahwa Bapak Bupati Lombok Barat dan Kadispar Lombok Barat peduli dengan seni tradisional nusantara dilestarikan seperti wayang kulit jawa demi kemajuan daerah dan pariwisata kita,” ucapnya via telpon, Sabtu (26/9).

“Harapan saya wayang kulit ini jangan berenti disini, mari terus kita budayakan seni-seni tradisional nusantara di seluruh obyek pariwisata, hotel-hotel dan restoran menggaungkan hiburan tradisional. Syukur-syukur pelaku seni musik traditional diberi kesempatan mengisi secara live,” harapnya .

Di Kila Senggigi Beach Lombok, pengunjung akan disuguhi penampilan Wayang Kulit Sasak oleh H. Lalu Nasib dengan lakon Dewi Kelanswara. Warga Lombok pastinya sudah tidak asing dengan nama H. Lalu Nasib atau lebih dikenal dengan Miq Nasib. Dalang wayang sasak yang mulai menjalani profesi sebagai dalang sejak 1965 ini masih exis hingaa saat ini.

Ditemui saat melihat lokasi pagelaran di Kila beberapa waktu lalu,Miq Nasib sedikit bercerita tentang wayang sasak yang dimainkannya.

“Kalau wayang jawa itu ditampilkan di keraton sebagai tontonan raja-raja, wayang bali digunakan pada upacara sakral, sedangkan wayang sasak lebih ke arah dakwah. Wayang jawa selalu membawakan cerita tentang Mahabarata dan Ramayana, wayang sasak ceritanya hanya satu yaitu Serat Menak,” katanya.

Serat Menak sendiri mengangkat kisah perjuangan agama islam yang ditulis oleh pujangga kerajaan Mataram Islam yaitu Yosodipuro II yang terdiri dari 9 jilid dan ditulis dalam bahasa Kawi. Namun, karena wujud Sang Nabi tak bisa diwakili dalam medium apa pun, maka dipinjamlah figur Amir Hamzah, seorang paman dan saudara sepersusuan Nabi Muhammad. Hikayat itu merupakan wiracarita bangsa Melayu yang menceritakan perjuangan Amir Hamzah dalam berdakwah dan menyebarluaskan agama Islam.

Perbedaan lainnya, lanjutnya, dimana wayang jawa penontonnya berada di belakang dalang sehingga dalang dan para pengiringnya bisa dilihat semuanya. Sedangkan wayang sasak penontonnya berada di depan panggung sehingga bentuk dari wayang itu sendiri tidak terlalu diperhatikan karena yang kelihatan hanya bayangannya saja.

Sementara itu Johan, GM Kila Senggigi Beach Lombok mengaku sangat mengapresiasi pagelaran wayang kulit sasak yang akan dipentaskan di Kila. Hal ini menarik karena menjadi sesuatu yang baru bagi pihaknya. Menurutnya, ini juga menjadi salah satu cara untuk lebih memperkenalkan budaya lokal dimana saat ini tamu-tamu yang ada saat pandemi ini kebanyakan lokal.

”Karena ini adalah sesuatu yang baru artinya ini pertama kali kami menjual sesuatu yang baru kepada klien-klien lokal kami. Harapan kami juga dengan adanya tamu-tamu lokal ini pastinya sudah mengenal wayang sasak ini, jadi harapan kami nantinya tamu-tamu kami yang inhouse itu bisa menyaksikan pagelaran wayang sasak ini dan juga menikmati makan malam yang disediakan oleh hotel,” ungkap Johan.