Setelah menikmati indah dan sejuknya wisata alam Gunung Jae hingga malam hari, para peserta kemudian beralih ke desa yang tidak jauh dari Desa Sedau Gunung Jae, yakni Desa Suranadi untuk menginap. Desa Suranadi adalah sebuah desa damai di tengah keberagaman masyarakat-masyarakatnya. Selain itu, desa, yang pada tahun 2019 lalu dianugerahi penghargaan sebagai desa terbaik senasional Regional IV yang meliputi NTB, NTT, Papua, Papua Barat, Maluku, dan Maluku Utara ini juga memiliki keindahan alam asri nan hijau.
Tidak cukup dengan prestasi itu, Desa Suranadi juga ternyata memiliki potensi lain di bidang kepariwisataan khususnya dalam hal akomodasi. Keberadaan fasilitas akomodasi seperti hotel maupun homestay ini diharapkan mampu menopang kebutuhan para wisatawan yang berkunjung hingga menginap di desa ini.
Peserta kemudian diajak mengeksplorasi potensi yang ada di dua desa Ibu Kota Lombok Barat di Kecamatan Gerung, yakni Desa Kebon Ayu dan Desa Taman Ayu. Dua desa yang saling berdekatan ini memiliki keanekaragaman atraksi seni budaya yang dimiliki, seperti atraksi Gendang Beleq, Peresean, Wayang Kulit, Tenun, dan landscape desa yang asri.
Setibanya di Desa Kebon Ayu, peserta Pesona Lombok Barat berkesempatan menikmati pesona Jembatan Gantung. Jembatan ini merupakan salah satu peninggalan Belanda yang berdiri sejak tahun 1932. Jembatan dengan panjang 116meter dan lebar 4 meter ini juga masuk sebagai salah satu aset cagar budaya Provinsi Nusa Tenggara Barat. Selain sebagai penghubung antar dua desa yakni Desa Kebon Ayu dan Desa Jantung, jembatan ini juga berfungsi sebagai saluran irigasi.
Menggunakan cidomo, yakni alat transportasi tradisional Lombok, para peserta kemudian diajak berkeliling desa. Peserta kemudian singgah untuk menikmati kuliner tradisional di pinggir sawah. Ternyata tidak hanya kaya akan potensi alam, Kebon Ayu juga memiliki potensi dari segi kuliner atau jajanan tradisional yang cukup dikenal banyak orang, yakni Serabi Laklak. Bedanya, serabi ini berukuran lebih kecil dari serabi yang secara umum kita lihat. Selain serabi, peserta Pesona Lombok Barat juga menikmati sate berbahan jamur. Desa Kebon Ayu saat ini sedang mengembangkan agrowisata sebagai destinasi wisata baru. Agrowisata ini meliputi wisata petik buah melon, sentral budidaya jamur tiram dan edukasi pertanian umum lainnya.
Desa wisata Kebon Ayu juga memiliki potensi wisata budaya seperti peresean, gamelan, dan tenun. Peserta Pesona Lombok Barat berkesempatan mencoba potensi wisata yang rencananya akan menjadi paket utama atraksi di Desa Kebon Ayu ini. Jika beruntung, wisatawan yang datang berkunjung pada bulan November juga dapat menyaksikan Festival Nyelametang Gumi. Event yang diadakan satu tahun sekali ini menandakan akan dimulainya musim tanam padi secara bersamaan. Para petani akan berkumpul di area persawahan untuk melakukan ritual dan doa bersama.
Hanya berjarak beberapa menit dari Desa Kebon Ayu, peserta kemudian kembali melaju menggunakan cidomo menuju ke Desa Taman Ayu. Desa hasil pemekaran dari Kebon Ayu beberapa waktu lalu ini juga memiliki potensi yang tidak kalah mengagumkan.
Dibalik keasrian desa ini, siapa sangka di Desa Taman Ayu menampung jiwa-jiwa seni budaya masyarakat yang tertanam sejak jaman dahulu. Warisan kesenian yang sudah sangat lama ini mampu berkembang menjadi ladang penghasilan masyarakat setempat.
Para peserta kemudian diarahkan berjalan kaki masuk jalan kampung dan disambut musik gamelan merdu dari seniman-seniman senior di desa ini.
Yang tidak banyak diketahui orang, sebagian masyarakat di desa ini juga menggeluti kesenian tenun dan juga kesenian wayang. Hal tersebut tentu menjadi nilai tersendiri bagi para pengunjung.
Seperti penuturan Sahara Budi dari Adventure Lombok Tour, ia mengaku telah menjual paket wisata Kebon Ayu dan Taman Ayu selama bertahun-tahun, namun baru melihat atraksi menarik berupa kesenian budaya dari penduduk lokal setempat.
“Kebetulan kedua desa yang kita kunjungi sudah kita jual, tapi tidak secara menyeluruh. Kita sudah punya paket trip sepeda di sana, dan kita sudah jual ini bertahun-tahun,” ungkap Budi.
“Cuman kami tidak tahu potensi secara menyeluruh, karena keterbatasan akses. Syukurnya dengan adanya kegiatan ini kami bisa tahu banyak hal lain yang ada di desa ini, seperti kerajinan tenun dan pewayangan,” lanjutnya.
Selain menyaksikan masyarakat yang sedang nyesek (menenun,red) dan pentas wayang yang diiringi musik gamelan, di tempat ini para peserta juga berkesempatan mencoba langsung atraksi-atraksi yang ada. Mulai dari mencoba menjadi seorang dalang hingga bernyanyi mengikuti alunan gamelan.
Khusus kesenian wayang, wayang di desa ini ternyata juga sudah mampu tampil di sejumlah festival seni tardisional di beberapa daerah di Indonesia.
“Walaupun tidak sementereng daerah lain, namun bagi orang yang benar-benar paham seni pewayangan. Wayang di Taman Ayu sangat diperhitungkan, bahkan di salah satu festival di Jogjakarta malah wayang di desa kami pernah dapat juara tiga,” ungkap Kepada Desa Taman Ayu M. Tajudin di hadapan para peserta.